Sunday, June 15, 2008

dIA jawaB

‘What’s the point of having a religion when in the end it's all up to GOD to decide our final destination (either hell or paradise)?’-he said.

‘if it’s so true, then what’s the point of studying and burning the midnight oil when in the end it’s all up to HIM to decide our end-of-sem result (flying colors or gray area)?’-she said.

Semuanya kerana harapan. Pepatah melayu, ‘pantang menyerah sebelum ajal’. Bermati-matian berjuang sebelum tahu akan apa yang menunggu di sebuah pengakhiran. Itu yang diinginkan. menginginkan ganjaran hanya daripada Nya, atas usaha yang tak seberapa. Kita bukan yang menetapkan, tapi sekadar cuba-cuba untuk merancang. Kepada Nya jua kembali segala harapan.

Harapan bagi seorang ibu

untuk melahirkan anak yang dikandungnya dengan selamat. Tersenyum melihat telatah si anak mula bertatih dan menyebut huruf. Melayan manjanya keletah anak dalam tawa dan tangisan, yang baru mengenal dunia. Itu adalah impian dan harapan seorang ibu. Dia tidak tahu apakah yang bakal dihadapinya saat anak itu lahir, akan sempurnakah setiap anggota? Akan terhindarkah dari segala macam penyakit dan kecacatan? Akan selamatkah di saat kelahiran? Lupa dia akan nyawa sendiri yang bisa tergadai. Semua harapan dan impian disandarkan kepada Allah. Hanya pada Nya tempat bergantung harap dan berserah.

Harapan bagi seorang ayah

Untuk melihat si ibu dan anak selamat. Mendengar khabar yang menggembirakan dari doctor yang bertugas. Mengazan atau mengiqamahkan anak yang baru lahir ke dunia. Berusaha dan bekerja untuk sesuap nasi dan belanja harian keluarganya. Berusaha untuk memberi yang terbaik bagi mereka. Itu adalah cita-cita si ayah, walau dia tak punya pengetahuan akan hari depan mereka sekeluarga. Akan cukupkah makan minum dan pakaian mereka sekeluarga. Akan stabilkah kewangan mereka kelak bila anak- anak membesar menginjak dewasa, bagaimana dengan biaya sakit pening dan pelajaran mereka. Si ayah tak punya jawapan pada semua persoalan, tapi si ayah punya harapan. Dan dia menggantungkan harapan dan impiannya kepada sebaik-baik tempat bergantung.

Harapan bagi si anak

Agar disayangi, diberi sepenuh perhatian dan dimanja. Supaya hari-harinya penuh makna dan ketemu bahagia. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan belaian, juga disempurnakan dengan didikan akhlak dan iman. Semoga kelak, apabila dewasa dapat berbakti kepada orang tua dan membuat mereka gembira. Menjadi anak yang taat dan mendoakan mereka. Si anak tak kan tahu apa yang bakal terjadi. Sempatkah orang tuanya merasa kesenangan yang bakal diperoleh? Apa, masih punya waktu untuk melihat si anak menggenggam segulung ijazah dan menabur bakti? Berapa lamakah masa yang ada sebelum mereka menutup mata, jua apakah sempat untuk si anak memohon sebuah kemaafan? Sudah semestinya si anak tak bisa mengetahui perkara yang mendatang namun si anak dengan segala usaha dan hidupnya disandarkan pada Allah agar suatu hari nanti bisa dia memberi kebahagiaan buat mereka walau seketika, walau hati merintih meminta untuk selamanya.

Harapan bagi seorang guru

Melihat anak muridnya berjaya. Mengajarkan ilmu tanpa jemu kepada sekecil-kecil anak yang hanya bisa menutur sepatah dua kata di tadika hinggalah
kepada yang sudah berumah tangga dan berkeluarga di menara gading. Mendidik dengan penuh kesungguhan agar si anak muridnya bisa menjadi seorang yang berguna, menyebar ilmu yang pernah dicurah kepada yang memerlukan lantas berbudi kepada anak bangsa. Namun, guru jua manusia biasa yang tak punya sebarang kuasa untuk mengubah seorang manusia. Juga tak punya pengetahuan letak duduknya kehidupan yang bakal dijengah oleh anak muridnya. Guru hanya bisa mencuba, memberi kepada yang ingin menerima dan selebihnya kepada Dia juga segala penyerahan dan pengabdian.

Harapan bagi seorang pelajar

Ingin cemerlang dalam pelajaran. Bukan sahaja untuk masa depannya, jua untuk mereka yang tersayang. Ingin membalas budi pada mereka yang sudi menunjuk jalan. Ingin agar sentiasa diajar dengan penuh belas ihsan, juga asuhan yang membina, bukan sahaja pada akal bahkan pada tingkah laku dan pekerti. Dia tak kan pernah dapat menduga jalan yang bakal dilalui, apakah sebagai seorang yang tewas atau berjaya. Juga tak dapat menjangka pengertian sebuah perhatian yang diberi oleh gurunya, entah apakah sekadar hanya pada akademik atau menyeluruh sebagai seorang insan. Tidak juga dia mahu dibanding beza dengan yang lain, kalau cuma sekadar hiasan di papan kenyataan atau sekadar laporan. Dia hanya berharap dan bergantung pada Nya, setelah mencuba untuk berusaha.

Harapan para pejuang di jalan Nya

Bukan mudah, untuk mengajak manusia, lebih-lebih lagi ke arah kebajikan, ditambah pula dengan ajakan, menghindari segala kejahatan. Tak senang walau seketika. Kerana untuk memanggil manusia mengingati Nya, perlu kepada daya usaha yang berterusan, (bak kata orang kampung :istiqamah), berpenat lelah namun sedia untuk tersenyum pada yang tidak mengerti, bersabar kepada yang suka mencaci, dan memaafkan setiap umpat keji. Mencari diri dalam berbakti, supaya diri dipandang tinggi di sisi Nya. Berkhidmat tanpa balasan, mencari pengertian sebuah keikhlasan. Semoga ketemu sebuah pengakhiran. Pengakhiran yang baik, bersama para pencinta Nya. Agar ditakdirkan mati hanya pada jalan Nya.

Harapan seorang dia

Maka, jika semua makhluk bisa punya harapan, impian dan cita-cita, salahkah untuk si dia yang melafaz syahadah, bersaksi punya satu Tuhan dan itu adalah Allah, Muhammad pula adalah pesuruh Nya, untuk turut sama bersandar pada tempat bergantung yang terbaik? Memang dia tak punya ilham tentang amalannya yang lepas, diterima atau ditolak. Tak juga dia tahu akan tahap iman dan islamnya kelak, masih di bawah atau beroleh hikmah. Juga dia tak punya ilmu akan akhir kehidupannya, di mana destinasi sebenar, menerima buku amalan di kiri atau di kanan tangan. Amalan ibadah juga solatnya masih jauh di takuk lama, tak kan bisa setanding kekasih-kekasih Nya. Namun, selagi mata masih bisa dibuka, nafas masih bisa dirasa dan degupan jantung masih kedengaran, sebolehnya dia mahu berusaha, mengejar rahmat dan reda dari Nya. Sampai ke akhirnya, kerna itu adalah tanggungjawab dan tugasnya sebagai makhluk yang hina dan hamba kepada sebaik-baik tempat untuk bergantung. Tak kan bisa dia curang dan menduakan Tuhan nya, kerana hanya Dia sebaik-baik tempat kembali.

Semuanya kerana harapan, harapan membuahkan cinta, dan cinta....akan membawanya kembali, ke jalan Nya.

He did asked, above is her 2-cent answer. Tq


oh Tuhanku
yang slalu kuserukan dalam doa selamanya
seumur hidupku
dan napasku
yang slalu kuhirup di setiap waktu
hanya pada-Mu
kupasrahkan hidupku
di bawah langit biru
kusebutkan nama-Mu
karena ku tahu
Engkau lah Tuhanku
di bawah rumput hijau
ku bersujud pada Mu
karena ku tahu
akulah hamba-Mu ya Allah
~ungu~

No comments: