Dia sakit.
D(x): too much gastric acid in the stomach
T(x): the doctor prescribed her antacid and cimetidine (macam kene ulcer je lagaknye)
Sekarang: alhamdulillah, dah baik dah.
Onset: 24 hours before the peak
Peak:
Value: unbelievably precious, thanks Allah for the great experience
Orang kata, kalau tak sakit manakan nak insaf. Yup, kalau tak sakit manakan nak duduk diperbaringan berfikir tentang dosa yang dihimpun dengan lepas lakunya. Kalau perut ni tak meragam dan masih berfungsi dengan normal, masakan adanya masa sebelum mata tertutup untuk memohon kemaafan atas segala dosa besar mahupun ringan yang pernah tercipta. Dia hanya mampu tersenyum kelat, bibir mengukir perlahan senyum yang separa sumbing. Hati seakan menyakat, ‘ni nak kena Allah kasik sakit dulu baru terhegeh-hegeh nak ingat kat Tuhan’. Kalau tak...
Kurang dari 8 jam tempoh masa sakit yang dialami, jika tidak dihitung dengan onsetnya. Hanya 8 jam, bukan 80 jam, 8 hari, 8 minggu atau 8 tahun. Itu pun nafsu sudah tidak sanggup untuk ditundukkan daripada berkeluh kesah, hati merayu agar Allah segera mengizinkan dia untuk sembuh, betapa dia lemah dan tak betah dengan ujian dari Nya walaupun yang paling ringan.
Ya, itu baru saja sakit yang datang dari dalam. Dari cell badannya sendiri. Belum lagi sampai ujian Allah ke atasnya yang lebih berat. Bagaimana nanti keadaannya dia bisa bertahan dalam berjihad di jalan Nya? Atau bagaimana pula sakitnya di waktu Izrail datang menjemputnya? Na’uzubillah, semoga dia dirahmati dan senantiasa diberkati daripada azab ketika badannya terbaring kaku di dalam kubur, terselamat daripada pukulan maut malaikat yang menjalankan tugas. Semoga dia dianugerahi naungan ‘arasy ketika hari yang tiada perlindungan dan beroleh syafaat agar dia bisa terbebas jauh daripada seksaan api neraka yang bahan bakarnya adalah jin dan manusia.
Sungguh, rasa sakit buat dia berfikir. Allah Maha Kuasa lagi Perkasa. Tak perlu pada neraka untuk merasakan kesakitan pada hambanya. Hanya sekadar di dunia, hanya sekadar sakit yang biasa, yang punya penawar, dengan izin Nya. Namun, hambanya amat lemah dan terlalu tinggi pergantungan pada Nya. Segera memohon dan merayu agar dikembalikan keadaan seperti di waktu sediakala tatkala dia masih sihat dan bisa berlari, bisa tersenyum dan bisa menikmati dunia tanpa gundah. Bermadah bagai dan berazam akan meningkatkan amal ibadah dan islami. Namun seringkali janji-janji menjadi palsu belaka.
Bagaimana pula kiranya benar-benar sudah tidak bisa untuk kembali lagi ke dunia untuk merasa nikmat- nikmat itu lagi? Bagaimana pula kiranya tertutup pintu sebuah kemaafan dan hanya menanti sebuah neraca perhitungan? Umpama yang sakit ingin kembali sihat, yang dipalu berulang kali dan diseksa keseorangan di dalam lubang gelap juga merayu dan memohon tanpa henti, agar diri segera dikembalikan ke dunia supaya bisa bertaubat dan berpesan pada kebenaran dan berpesan dengan kesabaran. Agar bisa untuk beramal maaruf dan mencegah kemungkaran. Begitu juga perihal penghuni neraka, yang merayu dan mengadu pada Tuhan nya, pada setiap masa dan ketika perihal sakit dan terseksa hidupnya dan agar bisa dia kembali ke dunia untuk mati dalam melafaz taubat dan syahadah namun hampa. Kepala menggeleng perlahan, dalam kepayahan dan pening yang masih mencengkam. Tolong jauhkan dia, ya Allah dari penyesalan yang tak sudah.
Syukur, dirinya masih bisa sihat. Masih bisa merenung terbit dan terbenamnya matahari. Masih bisa merasai teriknya cuaca di siang hari dan masih bisa menggerakkan anggota badan bagi menarik selimut dalam kesejukan malam yang mencengkam. Ya, masih bisa bernafas, justeru masih bisa untuk melaksanakan janji-janji agar bukan sekadar sebuah tagihan tanpa balasan. Kerbau dipegang pada tali, manusia berpegang pada janji. Kalau janji pada manusia kita segera tunaikan, janji oleh pemerintah kita segera mahu dilaksanakan, masakan janji kita pada Allah boleh terlepas tanpa ada bentuk hukuman?
Berat untuk dilaksanakan. Kerna dia manusia yang sering jatuh berulangkali, terbuai dengan bentuk permainan dan perangkap duniawi. Namun, dia juga punya cita dan harapan, mahu menemui Tuhan, dalam keadaan penuh keindahan, mahu menemui Rasulullah, dalam keadaan yang tidak mengecewakan, mahu melihat wajah Allah yang penuh kemuliaan, punya hasrat untuk menjadi hamba Allah yang selalu mengingati Nya tiap susah maupun senang, dalam keadaan lapang maupun dihambat tuntutan pekerjaan, mahu menjadi yang selalu bersyukur. Dia juga mahu punya sebuah kamar di syurga, yang hanya diberikan pada mereka yang bisa berjaga malam semata untuk meraih perhatian Nya tatkala yang lain masih hanyut dibuai mimpi.
Teringat ym dengan kawan,
Nab: wei, u sakit ape ni?
Dia : tak de pape, it seems like my parietal cells are too excited in secreting the HCl
Nab: hehehe, overexcited macam tuannye jugak
Like stomach, like the owner.
and,
Min: ek eleh, muka innocent je bile sakit.
Dia : eh, ye ke? Ni yang best sakit ni
Well... after all, there were quite a few numbers of good things that happened to her. Dalam sakit, dapat sebuah pengajaran yang berharga dalam bentuk sebuah pengalaman, dapat peluang untuk memohon kemaafan dan keredhaan, dan...
dapat pujian?..:P
owh ya, dapat jugak buli rean
Abu Sa’id dan Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim yang tertimpa penderitaan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, gangguan, dan kerisauan, bahkan hanya terkena duri sekalipun, semuanya itu merupakan kafarat (penebus) dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
No comments:
Post a Comment